Larunglah Kata

Bagi saya, kata harus dilarung. Dengan begitu, kata baru bermakna dan memaknai. Melarung kata sama dengan meracik mantra. Ia yang akan membuai si pembaca. Buaian itupun sungguh aduhai. Ya, kata memang harus dilarung biar pembacanya terbuai oleh kemahfuman.

Kira-kira itulah cita-cita blog ini. Dengan membagi arus larung kata menjadi [Buku; Buruh Migran; Film; Perjalanan; Refleksi Teori; Rehearsal dan Sosiologi], tulisan-tulisan di dalamnya menginginkan pembacanya supaya ngerti dengan maksud si empunya. Bukan mencari puji, tapi hanya ingin berbagi pemahaman.

  • Arus larung buruh migran hadir, sebagai obat rindu supaya pengalaman di dunia perburuhan tidak berkarat. Pengalaman itu sangat berguna. Karenanya, ia harus dirawat bukan cuma diingat.
  • Arus larung refleksi teori hanyalah usaha mencerminkan kisah hidup dengan pemikiran-pemikiran para cendekiawan, yang sudah pasti penuh dengan nilai filosofi. Kata teori di sini juga tidak serumit arti harfiahnya. Dia dipakai karena tak ada kata pas lain.
  • Arus larung rehearsal. Kata asing itu dipilih sebagai kata ganti dari "latihan." Substansinya sendiri, memang untuk berlatih. Berlatih untuk menggunakan bahasa yang konon katanya bisa menyatukan semua bahasa di muka bumi ini.  
  • Arus larung Sosiologi. Muncul untuk menghalau lupa apa-apa yang pernah dipelajari di bangku yang namanya sekolah.
**Untuk arus larung rehearsal, saya akan sangat bahagia bila ada yang mengoreksi kesalahan tulis, ejaan maupun struturnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar